-->

Nyaris Tak Punya Akses Keluar Rumah Hanya Karena Persoalan Sepele


LingkarMadura.com - Siti Khotijah tak menyangka cekcoknya dengan tetangga membuatnya sengsara. Ia kini hampir tak punya akses untuk keluar masuk rumahnya setelah pagar tembok setinggi 2 meter dibangun di depan rumah. Terpaksalah ia membobol rumah kakaknya untuk keluar masuk rumah.

Tembok batu bata itu dibangun oleh Seger, tetangganya sejak akhir JUni 2018 lalu. Seger hanya menyisakan celah sempit seukuran sekitar 0,5 meter. Pagar tersebut memanjang mulai tembok rumah warga di sisi kiri rumah Khotijah. Untuk melalui celah ini, keluarga ini harus berjalan sembari memiringkan badannya.

Khotijah tinggal di Desa Sudimoro, Kecamatan Megaluh, Jombang. Ia tinggal bersama anak semata wayangnya. Sementara suaminya, Abdul Karim (40), bekerja di Jakarta. Rumah yang ditempatinya sekarang merupakan rumah warisan orang tua yang merupakan hasil pembagian dengan kakaknya.

Sebelumnya, Khotijah tinggal satu rumah dengan kakak kandungnya Sri Utami. Rumah itu menghadap ke jalan desa atau ke arah utara. Namun, Khotijah yang ingin tinggal di rumah sendiri akhirnya memecah rumah induk itu menjadi dua bagian. Buruh cuci usus ayam ini menempati rumah bagian belakang yang kini ditutup pagar oleh tetangganya.

"Saat itu kakak saya cuci mobil di depan rumahnya, airnya mengalir ke sini (depan rumah Khotijah). Pak Seger marah-marah karena jalan menuju ke rumahnya becek," kata Khotijah kepada wartawan di rumahnya, Selasa (25/9/2018).

Merasa jalan di depan rumahnya adalah tanah warisan orang tuanya, Khotijah saat itu melawan Seger. Adu mulut antar dua keluarga ini pun pecah. Tak lama berselang, Seger membangun pagar setinggi 2 meter yang menutup rumah Khotijah.

"Jalan itu kata orang tua saya milik saya. Makanya saya berani berantem sama Pak Seger. Saat pagar mulai dibangun, saya buru-buru bawa keluar motor dan sepeda angin saya ke rumah kakak saya. Malamnya saya menginap di rumah kakak. Besoknya saya bobol rumah kakak saya untuk keluar masuk rumah," ujar perempuan 35 tahun tersebut.

Khotijah mengaku berusaha mencari keadilan atas nasib rumahnya yang tanpa akses. Namun, pihak Pemerimtah Desa Sudimoro justru cenderung membela Seger. Pembangunan pagar itu dianggap tidak bermasalah, lantaran dibangun di atas tanah milik Seger sendiri.

"Ternyata Pak Carik (Sekdes) bilang tanah itu milik Pak Seger. Katanya beli, tapi ditanya surat jual beli tak bisa menunjukkan. Kan penyerobotan," terang Khotijah.

Seger menutup rumah keluarga Khotijah dengan pagar setinggi 2 meter ternyata bukan tanpa alasan. Pria asal Desa Sudimoro, Kecamatan Megaluh, Jombang ini kesal, lantaran kerap dikatai maling.

Ditemui di rumahnya, Seger mengaku pagar setinggi 2 meter yang kini menutup rumah Khotijah dia bangun di atas tanah miliknya sendiri. Pria 61 tahun itu mengaku tega menutup rumah tetangganya dengan pagar lantaran jengkel dengan keluarga Khotijah yang kerap mengatainya Maling.

"Saya jengkel setiap keluarga saya lewat selalu dituduh maling oleh keluarga situ (keluarga Khotijah)," kata Seger.

Untuk beraktivitas sehari-hari, Seger dan keluarganya memang selalu melalui jalan di depan rumah Khotijah. Jalan yang diklaim milik Seger itu tembus ke jalan desa selebar 1 meter yang bersebelahan dengan sungai.

Bapak dua anak ini mengaku dikatai maling oleh keluarga Khotijah selama 7 bulan sebelum pertengkaran pecah akhir Juni 2018. Puncaknya setelah lebaran Idul Fitri, dia membangun pagar yang menutup rumah keluarga Khotijah dengan pagar setinggi 2 meter.

"Tanah yang ditembok itu milik saya. Sudah diukur oleh desa dan desa tak melarang saya membangun pagar itu," terang suami Sumilah ini.

Seger mengaku bersedia membongkar sebagian pagar yang menutup rumah keluarga Khotijah. Namun, Seger memasang syarat khusus.

"Saya mau membongkar pagar selebar satu pintu supaya dia (Khotijah) bisa masuk rumahnya, tapi ada syaratnya," lanjut Seger.

Bapak dua anak ini meminta keluarga Khotijah meminta maaf dan tak lagi melakukan perundungan (bullying) terhadap keluarganya. Karena dia menutup rumah Khotijah dengan pagar setinggi 2 meter lantaran jengkel dikatai maling.

"Mereka tak boleh lagi mengolok-olok saya dan keluarga saya," ujar Seger.

Tak hanya itu, suami Sumilah ini juga meminta kakak Khotijah, Sri Utami untuk membongkar batu pondasi yang menghalangi akses jalan menuju ke rumahnya. Batu pondasi itu berada di pojok depan sisi kiri rumah Utami.

Seger mengaku kesulitan masuk ke jalan di depan rumah Khotijah apabila membawa gerobak dari sawah. Pasalnya, jalan di depan rumah Utami menuju ke jalan depan rumah Khotijah berupa jalan setapak selebar 1 meter.

"Mereka menuntut, saya juga menuntut. Kalau tak mau, ya tidak saya bongkar," tegas Seger.


Akankah polemik ini berlanjut, atau berakhir dengan damai?
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner