Jakarta - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meminta semua pihak untuk berhenti 'menggoreng' isu puisi Fadli Zon berjudul 'Doa yang Ditukar'. BPN menilai penggorengan isu puisi Fadli Zon ini bermuatan politis.
Hal tersebut disampaikan juru bicara BPN Andre Rosiade. Andre awalnya menyebut keterangan Fadli Zon soal puisi tersebut yang tidak ditujukan kepada Mbah Moen sudah clear dan keluarga Mbah Moen tidak mempermasalahkan hal tesebut.
"Bagi siapapun juga, kita tahulah yang menggoreng-goreng ini adalah pendukung Jokowi-Ma'ruf. Bagi saya ini pendukung Jokowi-Ma'ruf yang ingin menggoreng-goreng. Mbah Maimoen saja tidak mempermasalahkannya dan menganggap masalah ini udah selesai. Karena keterangan Bang Fadli itu clear," ujar Andre kepada wartawan, Jumat (15/2/2019).
Andre menilai ada upaya masif untuk menurunkan elektabilitas Prabowo-Sandi. Menurutnya, upaya menggoreng isu puisi Fadli ini bermuatan politis.
"Tapi memang kami akui ada upaya untuk menggoreng sedemikian rupa secara masif agar untuk men-downgrade survei Pak Prabowo dan Bang Sandi ini. Jadi tujuannya apa? Tujuannya politik, untuk men-downgrade elektabilitas Pak Prabowo dan Bang Sandi karena survei Pak Jokowi menurun terus, insyaallah akhir Februari ini udah disalip," ujarnya.
"Nah isu penggorengan puisi ini salah satu strategi agar suara Pak Prabowo tidak naik dan juga suara Pak Jokowi tidak turun terus. Karena insyaallah akhir bulan ini sesuai prediksi sudah crossing di mana Pak Prabowo sudah unggul dari Pak Jokowi di akhir Februari," imbuh Andre.
Andre lalu meminta seluruh pihak untuk berhenti menggoreng isu puisi Fadli yang menurutnya sudah clear. Ia mengimbau untuk adu gagasan dan program karena itulah yang menurutnya diinginkan oleh rakyat.
"Sudahlah, saya mengimbau ke seluruh pihak, mari kita mengakhiri, mari kita bermain dalam ranah adu gagasan, adu program, adu visi misi. Yang diinginkan rakyat seperti itu, bukan lagi terus menggoreng soal puisi," ungkap Andre.
"Nah, saya bingung, masih ada yang terus menggoreng. Maksud tukang goreng ini apa kalau bukan politis? kalau bukan ingin mendiskreditkan Bang Fadli dengan tujuan agar tadi, crossing itu bisa gagal di akhir Februari nih, supaya Pak Prabowo tidak berhasil menyalip Pak Jokowi di akhir Februari," lanjutnya.
Pihak yang menurutnya terus menggoreng isu ini disebut Andre untuk kepentingan pilpres. Politikus Gerindra ini menilai pihak tersebut berharap ada yang terprovokasi sehingga elektabilitas Prabowo tidak menyalip Jokowi.
"Tujuannya politis, tujuannya pemilu, tidak lebih tidak kurang. Karena Bang Fadli sudah menjelaskan secara clear, keluarga Mbah Maimoen juga sudah clear, sekarang yang ada siapa? Tukang goreng. Tukang goreng itu kepentingannya apa? Untuk kepentingan pilpres. Bang Fadli orangnya Pak Prabowo, digoreng sedemikian rupa dengan harapan ada yang terprovokasi, keluarga NU ada yang terprovokasi, sehingga elektabilitas Pak Prabowo tidak menyalip Pak Jokowi. Kan itu saja cara mainnya," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj, menegaskan NU marah besar terhadap Fadli Zon yang menciptakan puisi 'Doa yang Ditukar'. PBNU menyebut puisi Fadli sengaja untuk melecekan KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.
"NU marah, NU marah, Kiai Maimoen dilecehkan," tandas Said kepada wartawan di Rakornas ke-IV NU Care-Lazisnu di Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (15/2).
Said menilai Fadli tidak mencerminkan sebagai orang yang beradab dan berakhlak. Said menyebut sebagai orang yang lebih muda, Fadli seharusnya menghormati orang tua. Apalagi Mbah Moen merupakan tokoh ulama sepuh.
"Kiai Maimoen kiai sepuh, sudah 94 tahun usianya. Allah itu menghormati orang yang usianya sudah lebih dari 80 tahun, sudah di pangkuan Tuhan itu namanya. Tapi ada seorang manusia, masih muda, melecehkan orang tua, seperti apa coba, orang itu beradab apa tidak," kata Said.
"Bagi PBNU, kita harapkan sebenarnya Fadli Zon sadarlah, orang berbudaya, beradab, berakhlak, tinggal minta maaf saja ngapa sih beratnya. Kalau tidak mau, ya terserah kalau ingin kualat, tapi paham kualat nggak ya dia," lanjutnya.