LingkarMadura.com - Surat penolakan kedatangan Cawapres Sandiaga Uno ke Pondok Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat, ramai di media sosial (medsos). Dalam surat yang beredar itu, pihak Pondok Buntet Pesantren melayangkan empat poin tentang penolakan kedatangan Sandiaga.
Surat tertanggal 28 Februari itu ditandatangani pimpinan Pondok Buntet Pesantren KH Adib Rofiuddin. Pihak Pondok Buntet Pesantren membenarkan adanya surat penolakan itu. Adib mengaku sebelum surat itu beredar di media sosial, pihaknya sudah berbicara secara baik-baik dengan Timses Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terkait penolakan.
"Perwakilannya itu awalnya datang ke kami, dua kali datang. Waktunya lupa. Secara baik-baik kami sampaikan belum bisa menerimanya," kata Adib dalam keterangannya, Jumat (1/3/2019).
Poin pertama, menolak kedatangan Sandi ke Pondok Buntet Pesantren karena berpotensi memicu konflik sosial. Kedua, terkait kesepakatan keluarga besar Pondok Buntet Pesantren yang telah mendukung pasangan capres dan cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Ketiga, imbauan kepada masyarakat Pondok Buntet Pesantren untuk menjaga marwah ponpes yang berada dalam naungan NU. Dan keempat, meminta Polres Cirebon agar tak mengeluarkan izin terkait kedatangan Sandi ke Buntet agar tak terjadi hal yang diinginkan.
Adib mengaku kaget saat mendengar rencana kunjungan Sandi ke Buntet Pesantren. Padahal pihaknya sudah menolak secara baik-baik. Ia mengaku terpaksa mengeluarkan surat penolakan tersebut.
"Ini kan tandanya ngeyel, akhirnya kita terpaksa membuat pernyataan. Di Buntet Pesantren ini ada 53 asrama, semuanya sepakat untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin," kata Mustasyar PBNU itu.
Adib mengaku khawatir terjadi bentrok jika Sandi nekat berkunjung ke Buntet. Terlebih lagi, sikap Buntet Pesantren sudah jelas mendukung pasangan nomor urut 01.
"Silaturahmi itu baik, tapi mencegah sesuatu yang tidak baik terjadi, itu lebih baik. Saya berharap Pak Sandiaga legowo," ucap Adib.